Monday, February 13, 2012


Bahan:
Adonan Cokelat:
  • 120 g mentega tawar
  • 200 g dark cooking chocolate, cincang
  • 200 g gula pasir
  • 3 butir telur ayam
  • Ayak jadi satu:
  • 140 g tepung terigu
  • 20 g cokelat bubuk
  • 1/2 sdt baking powder
  • 1/2 sdt garam
Adonan Keju:
  • 150 g cream cheese
  • 30 g mentega tawar
  • 50 g gula pasir
  • 1 butir telur ayam
  • 2 sdm tepung terigu

Cara membuat:


Siapkan loyang segi empat atau bundar 20 cm. Semir mentega, taburi tepung terigu.
Adonan Cokelat: Tim mentega dan cokelat hingga leleh. Angkat.
Masukkan gula, aduk hingga rata.
Tambahkan telur satu per satu sambil kocok pelan hingga rata.
Masukkan campuran tepung terigu, aduk rata. Sisihkan.
Adonan Keju: Kocok cream cheese, mentega bersama gula hingga lembut.
Masukkan telur, kocok rata.
Tambahkan tepung terigu, aduk rata.
Taruh adonan cokelat dan keju berselang-seling dalam loyang.
Gores dengan pisau hingga terbentuk pola marmer.
Panggang dalam oven panas 180 C selama 50 menit hingga matang.
Angkat, dinginkan.

Untuk 20 potong


Jakarta - Bila sedang melintas di kawasan Tebet, sekalipun sedang kenyang pun saya sering iseng belok ke RM Yogya ini. Percaya, tidak? Rumah makan sederhana ini sudah ada sejak saya berkantor di kawasan Pancoran (Tebet) pada awal tahun 1970-an. Saya ingat berjumpa di tempat itu dengan Lenny Marlina yang ayu kinyis-kinyis di masa itu.

Rumah makan ini menyajikan hidangan sederhana a la Yogyakarta. Sajiannya berciri masakan rumahan (home cooking). Suasananya seperti di rumah eyang tempo doeloe. Inilah yang membuatnya selalu dirindukan pelanggannya. Harga-harganya pun sangat pantas, dari Rp 13-20.000 per porsi - membuat kita tidak perlu khawatir mengukur kemampuan dompet ketika memesan makanan di situ.

Favorit saya di sini adalah lontong gudeg komplet. Lho, gudeg kok pakai lontong? Karena itulah dia istimiwir! Di Solo, khususnya pada pagi hari, orang suka menyantap gudeg dengan bubur lemu (bubur beras yang dimasak dengan santan). Di Yogya, orang suka makan gudeg dengan lontong sebagai variasi.

Lontongnya lembut, dengan lauk gudeg setengah kering yang manis, opor ayam dan tahu, sambal goreng krecek dan kacang tolo, lalu diguyur kuah opor legit, dan diberi topping sambal kacang. Ealah, mbok, wis jan uenak tenin! Sambal kacangnya memberi nuansa tambahan sebagai pengaya kuah opor. Ayamnya adalah ayam kampung. Sekalipun kecil, tetapi muantapfff.

Sajian juara lainnya di rumah makan ini adalah: mangut lele, rawon, gule kambing, bistik kambing (mirip tongseng, tetapi kering), bistik komplet, tahu telur, dan selat solo. Side dish-nya adalah: buntil, botok, tempe/tahu bacem.

Minumnya? Coba bayangkan: es gula asam atau es kunyit asam di siang yang gerah sebagai pendamping masakan yang gurih lezat. Hmmm, srupuuuuuut. Sssssuegerrrrr! Ayo, buruan singgah. Kalaupun sedang kenyang, bungkus saja untuk dibawa pulang. (Bondan Winarno)

RM Yogya
Jl. Tebet Barat Dalam VII/27
Jakarta Selatan
021 8292519

sumber : Detikcom


Geser-geser posisi puncak dilakukan oleh Nokia Indonesia. Dimana Bob McDougall dipastikan tak akan lagi menjabat Country Manager vendor ponsel raksasa itu di Tanah Air.

Bob McDougall sendiri mengawali karirnya di perusahaan ponsel ini sejak tahun 2003 di Nokia Singapura sebagai GM South Asia.

Ia kemudian mengarungi beberapa negara lain dengan masih di bawah bendera Nokia. Sebut saja Thailand, India, dan terakhir di Indonesia. "Saya baru 8 hari di Indonesia. Namun saya yakin industri seluler di Indonesia secara umum berkembang sangat pesat seperti India dan China," tukasnya ketika baru menjajaki Indonesia di tahun 2009.

Setelah 3 tahun menjadi nakhoda Nokia Indonesia, Bob akan digantikan oleh Martin Chirotarrab. Diketahui, sosok ini memiliki jabatan terakhir di Nokia sebagai Managing Director Caribbean, Central America & Venezuela.

Tugas yang menanti Chirotarrab adalah bertanggung jawab untuk kegiatan operasional Nokia secara keseluruhan di Indonesia, memastikan pertumbuhan dan kesuksesan Nokia dan di saat yang bersamaan mengembangkan usahanya di pasar dan industri telekomunikasi Tanah Air.
sumber : Detikcom


Ghiboo.com - Memberi hukuman kepada anak secara fisik tidak akan mengurangi kenakalannya tapi justru membuatnya lebih agresif.

Pernyataan ini dibuat berdasarkan hasil penelitian Universitas Manitoba dan Rumah Sakit Anak dari Timur Ontario selama 20 tahun terakhir.

Times of India menyebutkan kalau penulis studi Joan Duurant dan Ron Enson menemukan bahwa hukuman fisik membuat anak lebih agresif dan dapat membahayakan mereka dalam jangka panjang.

"Perilaku anak-anak ini akan lebih agresif dan tidak takut terhadap orangtua, saudara, teman mereka. Hukuman fisik juga berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan dan penggunaan obat dan alkohol," ujar Durrant.

Ketika 500 orangtua dilatih untuk mengurangi ketergantungan mereka dalam menjatuhkan hukuman fisik, ternyata perilaku agresif anak ikut menurun. Sekarang hukuman fisik mulai ditinggalkan dan beralih ke upaya mendisiplinkan anak melalui pendekatan konstruktif. 
sumber : Ghiboo